Monday, May 22, 2006

Matic 1988

Sejak keputusanku menyusul mas ke Manado sudah bulat, mama seperti panik membersihkan barang2 dari rumah, berusaha mengembalikan motor iparku ke Semarang dan menjual mobil iparku yang lain. Karena beliau merasa terbeban harus mengurus semuanya tanpa ada yang bisa merawatnya. Menurut Mama tidak baik kendaraan berbulan2 tidak terpakai, jadi lebih baik di jual saja. (Biasanya aku yang bawa mobil itu seminggu sekali).

Sabtu ini sesuai rencana aku dan Mama mertua ditermani Papi akan jual mobil mas Buing, kakak iparku, Honda Grand Civic. Dari rumah kami berembuk soal harga. Dengan referensi beberapa koran, kami sepakat menawarkan dengan harga yang sama saat MB dan Mba Ita beli tahun 2003 lalu. Sekitar jam 9 lewat 30an kita mulai beriringan menuju daerah Klender, tempat yang banyak showroom jual-beli mobil bekas. Dekat taman di Pangkalan Jati kami berhenti pertama kali. Dua bapak pemilik showroom tidak berani menawar karna ternyata harga yang kami sodorkan sangat tinggi untuk mobil keluaran tahun 1988. Mereka minta kami berkeliling dulu ke tempat lain. Katanya harga mobil ini kisaran setengah harga waktu iparku beli. Kontan aja kami kaget.

Dalam pikiran kita mungkin masih bisa lebih baik lagi di tempat lain, ternyata memang benar, hampir di setiap showroom mereka menawarkan setengah harga dari kesepakatan kami di rumah tadi pagi. Bukan hanya kami bertiga yang kaget, pemiliknya pun pasti gak menyangka kalau 3 tahun dari waktu mereka beli harganya jatuh banget. Malah ketika tau mobil ini Automatic ada yang gak jadi beli padahal semua sudah okeh, kuitansi sudah ditulis sejumlah harga yang disepakati dan uang segepok sudah di atas meja. Ternyata mobil matic tua jarang peminatnya, mungkin karena mereka ragu akan keselamatan matic. Pulang dengan peluh dan keringat, kami masih sempat mampir ke showroom pertama, lagi2 mereka tidak berani menawar. Akhirnya dengan tangan hampa kami kembali pulang. Hampir dekat, kami sempat mampir ke sebuah showroom di kalimalang. Si empunya showroom semangat menawarkan mobil dan butuh waktu yang cukup lama hingga deal. Semua beres, dalam hati aku bersyukur si bapak gendut yang sedikit botak ini mau beli mobil matic dengan segala kekurangannya. Tapi sekali lagi saat uang segepok sampai di atas mejanya, transaksi kembali tertunda. Kali ini karna BPKB yang beda warna dan nomor sasis yang katanya sedikit kurang jelas di nomor terakhir. Aduuuuh, ada2 aja seh halangan mobil ini untuk pindah tangan. Mama kembali kecewa, transaksi tertunda hingga Senin mereka menanyakan keabsahan BPKB tersebut di kantor Samsat.

Hari minggu kemarin ada beberapa yang masih menelpon menanyakan mobil ini tapi dengan penawaran yang jauuuuuh lebih rendah. Ada satu bapak datang ditemani saudaranya melihat ke rumah, tapi begitu tau kondisinya malah langsung minta maaf dan segera pergi. Kenapa ya mobil ini sudah banget mo di lepasnya?

Well, hari ini seperti yang disepakati Papi, Mama dan pemilik showroom terakhir janjian ke kantor Samsat. Gak taunya si bapak gendut yang aga botak itu membatalkan janji dengan alasan tidak berminat karena ragu pada BPKB. Ya ampuuuuuun....... kejadian ini menjadi pelajaran berharga untuk kita semua. Jangan pernah beli kucing dalam karung. Jangan pernah percaya pada orang lain meskipun dia mengaku saudara dekat. Jangan pernah menganggap remeh suatu nilai. Dan berfikirlah 2-3 kali sebelum memutuskan membeli suatu barang yang mahal, karena mungkin deiring dengan waktu harganya tak bernilai lagi.

Memang belum saatnya si coklat pindah tangan. Semoga lain kali dia punya tuan baru yang bisa lebih merawatnya.

No comments:

Related Posts with Thumbnails
Related Posts with Thumbnails