Thursday, March 30, 2006

tetanggaku rumpi

Sudah 1 minggu ini 2 rumah kontrakan di depanku terisi. Suasana tenang berubah jadi ramai dan cenderung gaduh karena mereka senang sekali duduk2 depan rumah. Jadi bisa dibayangin aku jadii terganggu karena mereka sering ngobrol keras2 dengan bahasa Jawa, belum lagi suara tangis anak2 mereka yang sangat mengganggu. Jika sore pulang kantor biasanya aku bisa istirahat tenang mendengar musik favorite atau menonton tv, sekarang aku terpaksa ikut mendengar lagu dangdut yang diputar keras2 oleh mereka. Hidupku 1 minggu ini jadi sedikit berubah karena polusi suara dari 2 tetangga baruku itu. Aku juga belum tau pasti sebenarnya siapa 2 tetangga baruku itu karena setiap hari ada saja tamu mereka yang datang sehingga aku tidak bisa mengenali wajah penghuni sesungguhnya. Yang aku tau pasti salah satunya baru punya anak baby, dan pagi ini si baby tertawa sembari teriak2 membuat si ibu terus menegurnya agar tidak menjerit2 berisik.

Namanya aja ibu2 rumah tangga yang gak punya kegiatan jelas, selain memasak, nonton sinetron, mengurus rumah dan anak, waktu senggang mereka diisi dengan duduk2 depan rumah dan ngerumpi gak ada genahnya. Kalau dulu aku senang sekali duduk ngadem depan jendela sambil nonton tv atau makan (meja makanku persis dibawah jendela), kini aku harus ambil posisi baru karena terkadang para bapak merokok diatas bale2 depan jendelaku itu….huh asap rokoknya mengganggu sekali.

Sore hingga malam ini seperti biasa mereka sangat ramai, ibu2 berkumpul menyuapi anak2 mereka yang berkeliaran bermain dan bapak2 dengan posisi menghisap rokok yang mengepulkan asap ngobrol2 dalam bahasa jawa. Seorang anak tetangga pintu nomor 2, Adi, datang melihat si baby. Saat Adi dijemput ibunya, 2 ibu tetangga baruku itu yang sedari tadi asik ngrumpi tiba2 hening. Dan tanpa sadar aku pasang telinga menaruh curiga. Sepertinya ibu si Adi tadi menjelaskan bahwa suaminya sedang tugas luar kota, jadi dia sendirian di rumah,dan mereka belum punya anak. Hmmmm aku tau, dia yang mereka maksud pasti aku. Tak lama ada suara mengatakan, kalau perempuan belum punya anak tinggal di dalam rumah aja sendirian akan disangka kumpul kebo. Kupingku melebar dan hatiku jadi panas, kok tega2nya mereka ngrumpiin aku negatif seperti itu tanpa bukti. Apa urusannya dengan kebiasaanku di dalam rumah saja atau kumpul2 ngrumpi seperti mereka dengan kumpul kebo? Apa dengan aku ngumpul2 dan rumpi2 bersama mereka lalu aku dinilai perempuan baik2? Apa karena aku belum punya anak aku jadi perempuan gak bener? Aku jadi sedih terhadap nilai rendah yang mereka cap untuk aku, hanya karena suamiku tidak pernah mereka lihat dalam 1 minggu ini sejak mereka pindah ke rumah di depan.

Kini aku tau sekarang seperti apa tetangga baruku. Ibu2 rumah tangga yang gak punya kerjaan yang selalu ngerumpi dan negatif thinking. Si baby gak beda sama anak jalanan, dibawa ngrumpi di depan rumah setiap saat. Kebetulan hari ini libur Nyepi, jadi dari balik jendela kamarku yang gelap aku bisa lihat sejak pagi si ibu dan baby selesai mandi, mereka sudah duduk2 di bale depan jendela kamarku. Yah beginilah jika tinggal di kompleks rumah kontrakan. Saling rumpi, saling memperhatikan barang2 milik tetangga, saling pamer, dan mau tau urusan orang lain. Beda dengan kehidupan pribadiku sebagai pekerja kantoran, yang pulang dari rutinitas bekerja cenderung melepas lelah cuek menikmati kesendirian di dalam rumah dengan ditemani tv, lagu, computer dan secangkir susu hangat. Semua kusyukuri dan kujalani dengan santai. Tidak berarti aku tak peduli terhadap sekitarku. Walau memang, sampai hari ini aku belum bicara dengan 2 tetangga baruku itu (yang mana saja aku belum tau). Beda dengan sisa tetangga lain yang sudah mengenal suamiku saat pindahan dulu, jadi mereka lebih mengenal dan memahami keadaanku yang sendirian.

Mungkin sebagai pengumuman tidak langsung, aku harus pasang foto2 pernikahan kami yang besar di dinding yang menghadap keluar jendela sesuai saran mama mertua, sehingga mereka mengenal seperti apa wajah ganteng suamiku. Hehehehe….

Oya, gak berapa lama setelah mereka bubar masuk ke rumah mereka masing, mas Gku menelpon dan aku cerita semua yang mengganjal di hati tadi, dia menghibur dan bilang aku gak perlu sedih toh kenyataannya gak bener. para tetangga sudah mengenal kita dan mas sering ngobrol bersama bapak2 jika ada di sini. Yang penting aku tetep happy n njoy sama kesibukanku di dalam rumah, lagipula ngrumpi2 sama ibu2 depan rumah kan bukan kebiasaanku, jadi untuk apa dipikirkan. Lusa mas akan ke Jakarta, sekalian mo tunjukin muka gantengnya ke ibu2 tetangga baruku hehehhee…. Supaya terbukti, mereka bersalah karena telah salah menilaiku.

Hidup sudah susah, jadi untuk apa menambahnya dengan kesusahan yang lain. Njoy my life for a better life.

Sunday, March 26, 2006

Kangen

lagi kangen si mas :))
Rencananya untuk interview di Jakarta minggu depan kayaknya batal. Jadi weekend ini mas gak jadi datang :(( Padahal aku kpengen dianter ke Katedral.. kebetulan ada pameran kain kafan Yesus.

Wish you all the best ya, my husband! I love you!

Friday, March 24, 2006

belong to us now

Akhirnya hari yang di tunggu tiba. Pagi ini jam 9.30 aku sudah sampai di BTN cab. Palmerah....menghadiri akad kredit yang dijadwalkan jam 10 WIB. Yeepee!!!! setelah serius baca surat2 yang bikin keblinger karena lebih dari 15 Pasal (18 pasal kali ya gak inget), dan berpuluh paraf serta tanda tangan akhirnya .... YES!! rumah di Citra Indah itu belong to us now, sign by my name Diana Margaret, S.Sn. Legaaaaa....secara itu dah menjadi impianku selama menikah ini. Walau belum tentyu menjadi rumah yang akan ditempati segera tapi sudah gak sabar untuk cepat2 ngeliat tuh rumah jadi (ngebet banget). Menurut perwakilan CI, rumah akan selesai dibangun 6 bulan dari sekarang. Dan mulai Mei 2006 nanti kita sudah harus mulai cicil rumah itu (cicilan k-2).... semoga berkat Tuhan mengalir selalu biar cepet lunas hehehe.....

RUmah mungil dan asri :)) semoga menjadi berkat untuk keluarga kecil kita dan juga bagi para tetangga sekitar tentyunya ...amin amin amin.

Sunday, March 19, 2006

GOOD LUCK my sista'

Siang ini gw bersorak-sorai kegirangan. Secara dapet email dari adikku yang bunyinya ginih:

Sist,,,, Ipa di telpon dari sana. doa in berhasil yah...
Jam satu ipa mo di interview by phone.
Tau ga kak, company nya di singapore.
hehehehhehe... Mohon bantuan doanya
seneng banget.. Tuhan Yesus pasti bantu ipa pas interview.
Doa in berhasil yah kakak2...


Aku syeeeeneeeng banget, secara aku pengen liat adekku satu2nya itu bisa lebih mandiri. Baru Sabtu maren aku usulin supaya dia kost aja (biar tau syusahnya hidup ), ngerasain jauh dari Mami-Papi mungkin akan membuat dia menghargai jerih payahnya. Dipikir2 aku kok galak banget ya mikir untuk ngejauhin adekku dari nyokap - bokap? Tapi aku gak sejahat itu kok. Aku tau dia bisa survive!

Pekerjaannya sekarang sebagai Junior Secretary di sebuah hotel bintang 5 diamond (1 tingkat diatas bintang 5 biasa) yang sudah masuk tahun k-2, aku rasa sudah dititik jenuh, secara dia mengerjakan pekerjaan dari beberapa manager dan Seniornya sendiri. Jadi bisa dibayangkan gimana repotnya dia menangani semua permintaan boss2nya itu. Belum lagi ada seorang bos Jerman yang menurutnya gak tau tepat kalau menghibahkan pekerjaan, always in the last minute. Ya, namanya aja sekre, sist! Pasti akan selalu begitu.
Tapi aku juga selalu mencoba membuka matanya, karena selain pekerjaan yang menumpuk itu boss2 itu kan juga gak jarang ngasih hadiah2 kecil seperti tiket pertunjukkan gratooong. Dan ini mungkin gak akan didapat di tempat lain.

But, I pray for her! Semoga she get a new good position like she want to, be a senior / a real secretary (harapannya). GOOD LUCK!!!

Btw, pepesan kosong aja neh…kalo emang di SIN, gw jadi neh pelesir ke negri Singa itu… yeepee!

Friday, March 17, 2006

I'm struggle for my partner

Weekend ini tidak terlalu menyenangkan untuk aku. Mulai dari pagi telat bagun, si boss mo ke Amrik 1 minggu ke depan, di tambah lagi urusan disiplin salah satu anak buah yang merosot sehingga boss2 Mleisure ikut campur dan merasa perlu mengambil tindak lanjut (kedengaran berat banget, sampe gw sendiri bingung).

Hal ke tiga inilah yang bikin aku BT berats sepanjang hari… mulai pagi hingga sore tadi bahkan malam ini. Sambil menyeruput the madu hangat dan ngemplo' roti berwarna ungu (kenapa bisa ungu ya? Aneh tp yammy), pikiranku terus menerus padanya.

Anggaplah namanya X. Sudah lama bosku ternyata diam2 mengawasinya. "His performance in 2005 is very bad", begitu katanya di awal 2006. Yang lebih extreem, X mendapat nilai rata2 D dalam penilaian karyawan.

Hari ini, 2 bulan dari terakhir aku dan bos duduk bersama mereview anggota team designer, kembali boss mengungkit masalah kerja X. Not discipline,not creative, no skill and no attitude, begitu slogan yang selalu ia kumandangkan jika kami membicarakan X.

- Not discipline, dalam arti tidak pernah tepat mengejar dead line. Very poor! Tiap kali "we have to kick his head" supaya bisa bekerja lebih cepat.

- Not creative, dalam arti kurang mampu menuangkan ide2 gila dalam setiap pekerjaannya. Selalu saja kembali mentah atau design orang lain yang terpilih untuk project yang ia pegang. Sering kali aku kena marah boss2 karena mengirimkan junk mail yang isinya "clipart". I have struggling with "his creative mind". Sampe2 belakangan ini aku ikut mengerjakan projek2nya supaya dia punya alternative idea untuk dikembangkan lagi.

- No skill, dalam arti kemampuan mengoperasikan software yang sangat lamban, ketinggalan jaman dan seperti kebingungan menggunakan tools yang disediakan. Sampai sore itu, 2 minggu yang lalu, boss dari Singapore datang dan mereview project yang aku beri untuk X. Jari2nya seperti kaku karena grogi atau memang dia tidak tau cara menggunakan computer sampai boss2 ku ini terheran kenapa ada seorang yang sangat lambat dalam teamku? seseorang yang tak berguna begitu kata bosku itu (kedengaran sangat kejam, tapi itulah kenyataannya).

- No attitude, dalam arti memang kurang menghargai aku sebagai leader team. Sebenarnya aku tidak terlalu mempermasalahkan poin ini, asalkan hasil kerjanya memuasakan. Tapi ternyata ini menjadi salah satu sumber masalah menurut boss2 lainnya. Meraka masih berasumsi bahwa X belum menerima aku sebagi pemimpinnya dengan sportif.

Kita sudah bekerja sama selama 4 tahun. Ia join RnD beberapa bulan setelah aku bekerja. Tumbuh dalam satu team membuat aku mengenalnya dengan baik. Pernah suatu kali di tahun 2001 itu dia bilang aku saingannya, aku protes keras karena sebagai team, aku selalu menganggapnya partner kerja. Tidak pernah membandingkan hasil kerja kami yang paling bagus atau jelek, justru aku senang sekali memberinya masukan atau sebaliknya. Seiring dengan berkembangnya perusahaan ini, maka RnD pun melakukan ekspansi. 2 kali banyaknya personel menjadi pilihan pertama untuk membentuk sebuah team besar yang bertugas menjadi otak perusahaan. Dari 10 orang menjadi 20 lebih anggota dengan 4 team. Mechanical, Programmer, Assembling (the newest one) and Art & Design which is aku dipercaya menjadi leadernya. Kami tidak hanya ber-2 tapi ber-4 (pernah b-5) dan soon akan menambah 1 lagi anggota. Masing2 punya karakter dan skill yang berbeda yang membuat kami bisa saling mengisi dan belajar. Tapi berbeda dengan X yang sampai saat ini masih stuck tanpa perkembangan.

2 tahun lalu awalnya aku pikir penurunan kualitas kerja X karna ia sementara sibuk mengurus rencana pernikahan. Lewat masa2 honeymoon, belum lagi "klik" dengan kerjaan dia dan istrinya mendapat musibah, kembali tak berkualitas karena tersitanya waktu. Tapi lagi2 belum "klik" ada lagi urusan2 rumah tangga yang membuat pikirannya bercabang dan tak pernah benar2 focus pada tanggung jawabnya di kantor hingga hari ini. Setiap orang punya kepentingan sendiri2, aku hormati itu sebagai kebebasan privacy. Tapi untuk urusan pekerjaan aku gak bisa kompromi.

Masalah X kini sudah bukan rahasia aku dan boss departemen. Kini boss2 di Singapore tau…and this morning sudah mulai dicampuri direktur produksi, HRD dan IT (dalam urusan meng-cut access internet). Dan hal inilah yang membuat aku BT sepanjang hari. Tidak mengerti bagaimana beratnya hatiku menghadapi dilema ini dan usahaku meyakinkan boss2 besar bahwa rekanku ini mampu mengejar ketinggalan dalam 1-2 bulan ke depan, tapi si X himself justru berbalik melawan aku. Menurutnya kami banyak maunya, tidak pernah jelas arah kemana design suatu project. Lagi X pikir aku terlalu banyak mengkritiknya tanpa introspeksi diri….hmm?? Is it true? Am I a Jerk?
Aku sedih, karena tidak mampu membayangkan senin depan saat bossku kembali dari Amrik, X akan mendapat SP1. Apa benar surat peringatan itu akan membuat X terbangun dari 'tidur malas"nya? Atau justru memperkeruh suasana dan hubungan baik aku dan dia?

Aku marah, karena X tidak berbesar hati untuk mengakui kesalahan2nya malah berbalik menuduh kami pemimpin2 yang terlalu banyak maunya. Aku kecewa, karena peringatan dan kritikku justru membuatnya down dan pesimis. Tapi aku juga tersenyum saat X minta aku introspeksi diriku sendiri. Yes, I am. Thank you.

Semoga kau mampu berjuang sekuat tenagamu mengejar ketinggalan yang ada. Jangan pernah puas terhadap hasil yang kau buat, terus berusahalah hingga tak sanggup lagi kau melangkah. Jika orang lain mampu menjadi baik, yakinlah kau pun mampu berbuat yang sama seperti mereka.

Dedicated to my partner in RND who now straggle with him self.
Ayo kamu bisa berjuang!!!!! Masih ada waktu!!!....

Wednesday, March 15, 2006

Bali_5 Maret 2006_hari ke-4

Hari ini bangun pagi dengan setengah hati...pasalnya jam 2 siang ini kita harus pulang ke Jakarta dengan maskapai yang sama saat kami ke Bali, sedangkan mas kembali ke Manado dengan Lion Air penerbangan jam 8 malam. Karena sudah cukup lelah keliling 2 harian kemarin, jadi pagi ini kita putuskan mutar2 sekitar hotel, dan cari kaset Rindik. Gak taunya begitu tiba di perempatan Seminyak hujan rintik2 turun dan memaksa kami kembali ke hotel. Eh tepat di pertigaan Melasti dan Jl. Pantai kami mampir ke kios2 yang menjual kaos,kain dan pernik2. Mas membeli oleh2 untuk teman2 gang Trio Kwek2nya. Aku sebenarnya naksir patung Bali berbentuk sepasang cowo-cewe, tapi karena mikir bagasiku sudah cukup penuh, akhirnya aku simpan untuk kedatanganku berikutnya hehehhee....ngayal dateng lagi boleh donk!
Aku, mas dan ade meneruskan jalan kaki ke Legian, mencoba menemukan toko kaset, tapi gak ada dan kaki sudah semakin lelah. Berjalan sampai ke jalan tikus yang menghubungkan Legian dan hotel akhirnya kami kembali pulang. Oya sempat beli 2 pasang anting...harganya 2500/pasang. Aku beli warna hijau dan biru....anting kulit kerang, saat diterpa angin bunyinya sungguh enak didengar :))
Jam 11 kami kembali di hotel, dan langsung ke restaurant memesan makan siang. Tiba2 hujan turun sangat deras dan mengurungkan niat kami untuk kembali jalan2. Jam 12an seorang bapak menjemput kami, yang ternyata dipesan Papi untuk mengantar ke Airport Ngurah Rai. Disepanjang jalan kami membahas masalah RUU APP yang ditolak oleh Bali. Tepat ketika kami melewati sebuah pertokoan besar, mas kembali mengingatkan kaset Rindik. Si bapak mengantar kami ke sebuah pertokoan yang lebih kecil dan kami beli 2 kaset Rindik....aku senaaaaang banget. It would be complete my memmory of Bali.
Jam 1 siang kami semua sudah di Airport Ngurah Rai....sedih rasanya harus berpisah lagi dengan mas. Tapi apa boleh buat, penugasaannya di Manado belum selesai. Holiday ini jadi hadiah ulang tahunku yang termanis...walau dirayakan 2 hari sebelum waktunya.
Terima kasih cintaku untuk kasihmu. Shall we meet again at Kuta??? I love you!
Sampai di rumah gak puas2nya melihat foto2 di Bali....menyenangkan! Kita ke sana lagi someday!

Tuesday, March 14, 2006

Bali_4 Maret 2006_hari ke-3

Bangun pagi ini cuaca jauuuh lebih cerah dari kemarin. Sesuai rencana selesai makan pagi kami mengambil cucian dan ngedrop pakaian kotor lagi ke loundry. Harganya resonable banget jadi aku berfikir lebih baik bawa pulang pakaian bersih drpd di rumah nanti nyuci banyak2 hehehhe…

Selesai urusan loundry, kami ber-5 jalan kaki ke pantai Kuta yang lumayan sekitar 100m jauhnya dari hotel. Di pantai sudah ramai oleh penyewa papan seluncur dan ibu2 yang menawarkan kepang rambut, cat kuku cantik atau pijat. Mmmm..sempet tergiur juga ketika ditawari pijat 10ribu saja, tapi karena aku belum merasa pegal2 jadi ku urungkan saja niat itu. Rata2 harga kepang rambut atau cat kuku 20ribuan, tapi sayang banget kalau selesai dikepang kan rambut bisa jadi keriting, jadi aku tolak halus si ibu. Tak terasa kami sudah jauh berjalan menyusuri pantai Kuta. Papi dan mas sempet melirik gerobak nasi pecel, dan kepingin ngupi, tapi karena baru sarapan jadi kami lanjut menyebrang jalan keluar dari areal pantai.

Sempat bernostalgia foto2 ria di depan Istana Rama (hotel t4 dulu aku dan mas honeymoon. Sudah jauh lebih ketat penjagaannya..maklum hotel **** sekarang). Bergerak ke arah Hard Rock kami tertahan oleh seorang bapak yang menawarkan undian berhadiah menginap di hotel2 berbintang di Bali. Ini banyaaak sekali di Bali…walau sudah tak sesering tahun2 lalu, mungkin karena pengaruh peristiwa pemboman jadi undian2 ini pun menghilang. Walau tidak berkesan memaksa, tapi si bapak cukup menarik perhatian mami dan papi, mereka cepat sekali iba pada wajah memelas si bapak.

Selesai undian berhadiah, kami kembali ke tujuan semula, Hard Rock…tapi teryata beberapa meter ke depan hujan turun tiba2. Kami mengungsi di sebuah coffe shop yang menyatu dengan Circle K, membeli cemilan dan ngupi2 sebentar sambil berteduh di bawah payung2 di berandanya. Terdengar suara2 yang menyerukan demo anti RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi dari pantai, membuat kami kembali ke pantai setelah berfoto2 di depan Hard Rock. Ternyata kain putih yang dibentangkan sepanjang pantai itu tempat para pendukung anti RUU APP dapat membubuhkan tandatangan dan aspirasinya. Ingin sekali kami ikut berpartisipasi, tapi karena tidak membawa alat rulis jadi kami langsung berjalan sampai ke ujung pantai berbelok di jalan pantai Kuta menuju Kuta Square. Kami sengaja ingin melihat lokasi pemboman Bali 2, Restorant itu sudah ditutup. Di Matahari Kuta Square, kami sempet ngadem sebentar sambil melihat2 pernik2 dan membandingkan harga hehehe… Jam menunjukkan pukul 10 dan setelah membeli beberapa botol air mineral, buah dan vitamin, kami menyetop taxi dan kembali ke hotel yang ternyata jauuuuh juga loh. Jam menunjukkan sekitar pukul 12an ketika kami selesai makan siang di sebuah warung makan Bu Le di tengah jalan yang menghubungkan Melasti dan Legian, tak sengaja Pa Putu lewat depan warung dan kami pun ikut sampai hotel, mengambil beberapa keperluan dan bergerak menuju Uluwatu.

Yup, siang ini kami minta Pak Putu mengantar kami ke Uluwatu, Garuda Wisnu Kencana (GWK), berbelanja di Kumbasari dan melihat sunset di Tanah Lot. Rencananya semua tempat itu akan makan waktu sekitar 8 jam, dengan harga sewa kendaraan 220ribu rupiah. Sebelumnya aku mengambil hasil cetak foto ku dan mas yang terbaik (12R) yang tadi pagi aku pesan di studio foto pinggir jalan masuk hotel.

Uluwatu letaknya jauh di Selatan, jadi itu tujuan pertama kita. Melewati Udayana yang ternyata areanya luaaaaas banget (jarak satu fakultas ke fakultas lain terpisah berjauhan), melewati pantai Dream Land, dan GWK. Mendekati Uluwatu, pak Putu mengingatkan kami untuk meninggalkan dan atau menjaga barang2 yang sekiranya mudah direbut monyet2 nakal. Di sini terkenal dengan monyet2 yang mengganggu. Setelah membayar karcis masuk dan mengenakan sarung kami berjalan agak menurun ke lokasi Pura dan tebing di pinggir lautan yang mengagumkan. Maha Besar karya Tuhan membuat kami tak hentinya berdecak kagum. Deburan ombak yang menabrak tebing membuat kekaguman semakin menjadi. Kami agak hati2 saat foto2 karena beberapa monyet yang mendekat. Malah ketika kami berfoto di ujung Pura, 2 ekor monyet menguntit dan sepertinya tertarik pada handuk biru kecil yang sedari tadi di pegang2 mami. Udara terik sekali membuat kami tak bertahan terlalulama di sini, apalagi tidak membawa botol minum karena takut dirampas monyet2 nakal.

Perjalanan kembali ke jalur kita datang tadi, kali ini ke GWK. Wow, disini juga kami terkagum2 pada Karya Sang Pencipta. Gimana tidak, melihat tebing2 kapur yang tinggi menjulang dan dipotong oleh sentuhan teknologi membuat kami berfikir bahwa someday it could be one of the greatest place must visit loh. Apalagi dengan rencana penyelesaian patung Garuda Wisnu Kencana yang katanya seh akan jadi nomor 2 tertinggi setelah patung Yesus di Rio Djenero.
Garuda Wisnu Kencana adalah Dewa Wisnu yang sedang mengendarai burung Garuda. Saat ini baru kepala Garuda dan sebagian badannya yang sudah jadi sangat tinggi. Bisa lihat kan perbandingannya saat kami berfoto di bawah kepala Garuda. Menakjubkan! Patung yang terbuat dari tembaga itu dibuat di Bandung loh ternyata.
Sebelum keluar areal GWK yang modern, aku dan Sylva sempat memainkan Rindik, alat musik tradisional Bali yang mirip Kulintang (suaranya sangat menenangkan) dan mas sempat berfoto dengan ular Piton besar, panjang lebih dari semeter…hiiiiii! Menjijikan! Bayar 20ribu untuk menyewa ular itu….hiiiiiiii..jijik!

Kami sampai di Pasar Kumbasari (mangga-2nya Bali) tepat pukul 3 sore. Langsung bergegas ke lantai 2 dan 3 tempat pernak/nik..berpencar masing2 memburu oleh2nya sendiri2 hehehe… Dari pakaian, kain, souvenir kecil , perlengkapan makan, tas2 anyaman, hiasan interior, lampu sampai lukisan tersebar sampai 3 lantai. Bener2 surga belanja deh..dan masih bisa di tawar pula. Tapi disini aku gak terlalu banyak borong karena dari kemarin sudah membeli banyak oleh2 di tempat2 wisata. Niat untuk beli lukisan aku urungakan karena 2 set patung yang kemarin kubeli saja sudah makan banyak tempat di bagasi hehehe… lagipula mas kan gak pulang ke Jakarta, jadi aku takut nanti kerepotan sampai di Jakarta.

Tepat pukul 4 sore dengan membawa beberapa kantung belanjaan kami kembali ke mobil. Tujuan akhir kami ke Tanah Lot, katanya sunset jam 5.30. Dibutuhkan waktu 1 jam untuk sampai ke sana, yang ternyata memakan waktu lebih karena jalanan agak jelek dan Pak Putu yang takut ngebut kayaknya hehehe…atau mungkin juga mobil yang kami tumpangi tidak bisa melaju kencang hehehe. Tapi pemandangan sawah dipinggir2 jalan membuat kami tak merasakan lamanya perjalanan.
Memasuki Tanah Lot kami lewat gate domestik, supaya bayarnya harga murah hehehe… gak terlalu mahal kok. Wah di sini juga banyak sekali yang menawarkan souvenir, tapi karena bagasi mobil sudah penuh kami tidak belanja lagi di sini. Oh mas membeli topi khas Bali… gaya banget!

Tanah Lot itu ajaib… karang dipinggir pantai yang indah. Di atasnya dibangun Pura yang sudah tida dibuka lagi untuk umum. Hanya orang2 yang mau berdoa saja yang diizinkan masuk. Mami semat semangat sekali menyuruh kita mengantri dibawah Tanah Lot, katanya antri dikasih beras di jidat dan bunga di kuping.….oooo ternyata di bawah Pura ada cekungan seperti gua yang didalamnya mengalir mata air tawar. Iyaaa…bayangkan betapa besarnya Karya Tuhan sehingga ditengah asinnya air laut ada 1 mata air tawar yang dianggap suci bagi umat Bali. Aku ikut mengantri dibelakang turis2 Jepang, melihat apa yang harus dilakukan nanti di depan para tetua. Mencuci tangan dan mencicipi sejuknya air tawar dari mata air membuat rasa penasaranku terbayar, lalu tetua pertama meminta aku membuka tangan dan menerima percikan air dari mangkuk dan daun pandan….airnya wangi pandan, dan harus diminum 2x lalu dibasuh ke wajah ke-3 kalinya. Tetua ke-2 menaruh beras di jidat dan menyisipkan sekuntum kemboja kuning di telinga…wah aku berasa seperti putri Bali :) … oya, tidak lupa memberi "ucapan terima kasih" di keranjang yang disediakan…. Sempat2nya aku mengintip si tetua melirik selembar uang yang kutaruh hehehe….
Setelah mas dan ade melaksanakan ritual yang sama kami berfoto ria lagi hihihihi….sudah kayak foto model aja deh. Oya bersebrangan dengan gua air suci tadi, ada gua ular suci. Di sini ada 2 pawang yang berjaga di depannya. Karena penasaran, mas masuk, melihat dan menyentuh si ular suci (yang katanya gak pernah keluar dari gua itu) dalam gundukan pasir. Saat menyentuh ular belang2 (hitam abu2) itu si pawang mendoakan kita b-2 loh…hiiiii…aku gak mau pegang ular itu. Lagian, aku lebih percaya Yesus yang memberkati aku.
Lewat dari pukul 5.30 seperti yang dijanjikan, tapi matahari belum juga turun… kami bergerak ke atas tebing (tepatnya diata gua ular suci itu), terdapat meja kursi tempat menikmati hidangan. Es kelapa muda dan pisang goreng menemani kami menunggu sunset. Tapi rasanya tidak ada sunset yang indah karena langit di ufuk timur terhalang oleh awan tebal, karena sudah jam 6 sore. Kami pun bergerak pulang. Sebelum sampai di parkiran, mas sempat membeli souvenir untuk anak buahnya dan hampir membelikanku Rindik kecil yang dihargai 20ribu…tapi lagi2 karena pertimbangan bagasi pesawat jadi aku hanya bisa berjanji kelak jika kembali lagi ke Bali aku akan beli alat musik khas itu, papan congklak dan papan catur berukir untuk menghiasi rumah baru kami nanti.

Malam ini sampai di hotel kami benar2 kelelahan, mungkin karena cuaca Sabtu ini sangat terik dan lokasi wisata yang sangat luas dan jalannya cenderung menanjak. Niat mau berenang dan window shopping di jalan Seminyak (ternyata dekaaaaat sekali dari hotel. Baru tau karena Pak Putu ambil jalur pulang lewat sini) ditunda hingga besok pagi. Niat untuk makan malam di Legian pun jadi malas karena kaki rasanya sudah tidak kuat lagi berjalan, akhirnya kami makan di restorant hotel. Sebelum tidur aku menyempatkan diri merapihkan belanjaan dan mengepaknya agar mudah saat dibawa masuk ke kabin pesawat.

Bali_3 Maret 2006_hari ke-2

Pagi ini terbangun di kamar 214… Rosani Hotel, Jl. Melasti - Legian. Hotel bintang 2 yang sama sekali mirip kost2an hehehe...sederhana kata suamiku. Suasana di luar agak mendung seperti habis hujan semalam, namun tidak mengurungkan semangat untuk mulai traveling keliling Pulau Dewata. Jadwal hari ini kita ke Kintamani. Selesai breakfast (yang ternyata hanya tersedia pilihan roti bakar, telur dadar/ceplok + margarin dan selai strawberry serta minum the/susu/kopi) aku dan mas sempet ng-drop beberapa pakaian untuk di loundry. Oya, ngomong2 soal sarapan tadi, mmm lucu juga dengan menu sarapan yang terbatas itu tidak hanya kita aja yang terheran2 tapi juga tamu2 Jepang yang datang ke restauran, maklum lah kami kan taunya hotel ini bintang 2 harusnya bisa menyajikan lebih dari yang ada… hehehe.. (ngarep kayak waktu nginep di Istana rama waktu honeymoon dulu ya? :) ) tapi ternyata cukup kenyang kok terutama setelah perut terisi segelas jus jeruk.

Tepat pukul 9 pagi, kami dijemput oleh seorang bapak berkumis cukup tebal travel dari harian yang telah kami telpon semalam, cukup murah juga untuk 12 jam tarifnya hanya Rp 275,000,-. Pa Putu, begitu ia memperkenalkan dirinya, merangkap guide sekaligus supir membawa kita b-5 nonton Barong di Batubulan. Giliran aku yang bayar karcis masuk untuk ber-5 harganya 250ribu…. Wah lumayan mahal bow! Tapi karena banyak sekali wisatawan asing yang selalu datang, sudah pasti harganya pasti bertahan. Seandainya harga untuk turis mancanegara dan domestik berbeda, pasti aku gak sekaget ini saat merogoh kantong … hehehe… Pertunjukan selama + 1 jam itu cukup menyita perhatian (pdahal ini kali ke-2 loh aku nonton tarian yang sama)… mungkin karena sibuk foto2 jadi tak terasa waktu cepat berlalu. Selesai pertunjukkan kami di beri kesempatan untuk erfoto berdampingan dengan Barong (simbol kebaikan).


Perjalanan berlanjut ke Celuk, daerah yang terkenal dengan kerajinan peraknya. Mami-Papi dan Sylva kayaknya semangat sekali hunting perhiasan perak. Aku dan mas tidak terlalu tertarik karena suda cukup dengan sepasang cincin kembar yang dulu pernah kami beli saat honeymoon. Lagipula banyak perhiasan perak yang kupunya (pemberian mas) yang masih bisa dipakai dan tak perlu yang baru.
Perjalanan selanjutanya melewati daerah Batuan. Seperti namanya disepanjang jalan raya yang kami susuri banyak sekali di jual patung2 batu berbagai bentuk dan gaya. Menurut Pak Putu, sang guide of the day, beberapa patung dengan material batu kehitaman itu buatan Jogja tapi dijual di Bali.

Aku jadi tertarik untuk membeli patung kayu,akhirnya sebelum tiba di daerah MAs yang terkenal dengan pengrajin kayu, Pak Putu membelokan mobil keluar jalur utama dan kami menyusuri jalan kecil lalu memasuki sebuah galeri yang asri. Werochana. Dari luar seperti sepi eh ternyata didalam ramai oleh para pekerja di workshopnya yang kecil. Beberapa pekerja sedang sibuk memahat, mengukir, mengamplas dan melapisi kayu dengan plitur. Kami disambut seorang penjaga galeri yang ramah. Setelah cukup puas melihat, bertanya dan menawar (tentunya hehehe…turis domestic dapat harga 30% dari harga dolar yang tertera di balik masing2 patung loh) akhirnya aku membayar sepasang patung pria-wanita (sejenis loro blonyo-nya Jogja) dengan harga 80ribu saja. Patungnya unik dengan gaya contemporer modern tapi dengan sentuhan etnik dilapisi batik sebagai gambar pakaian, benar2 membuat aku gak bisa gak membawanya pulang. Sembari menunggu mami yang masih menawar patung lainnya, aku menyempatkan diri juga untuk ngobrol sebentar dengan pengrajin2 di workshop sambil foto2 tentunya :). Seorang ibu yang mengklaim dirinya tante, bilang bahwa saat memulai mengukir/memahat kayu2 itu mereka tidak pernah menggambar polanya di atas kayu, tapi gambarnya diingat saja di kepala dan tangan merekalah pensil ajaib itu…hebat ya! Yang bikin kami tercengang, si tante butuh waktu 3-4 minggu untuk menyelesaikan detail patung itu. Ck ck ck…sekarang aku jadi paham deh kenapa harganya selangit…tapi memang pantas lah karya mereka dihargai semahal itu.

Perjalanan berlajut… kali ini melewati jalan raya beraspal yang masih kecil. Aku dan mas sepertinya tidak pernah melewati jalan2 ini sebelumnya. Di sepanjang jalan sering sekali kami jumpai galeri2 atau kios kecil yang banyak memajang patung2 kayu berbentuk berbagai jenis hewan. Aku sebenarnya sudah naksir patung jerap kontemporer yang pernah aku lihat semalam di Legian, akhirnya aku minta Pak Putu menepikan kendaraan dan aku pun langsung menyerbu masuk galeri kecil. Ooo ternyata itu bukan galeri, tapi semacam distributor yang menjualkan kerajinan patung dari pengrajin kepada toko2 di kota. Harganya benar2 jauuuuh dari harga di toko di Legian semalam. Untuk 1 set Jerapah yang terdiri dari 4 patung aku bisa beli dengan harga 90ribu saja. Padahal semalam aku tanya di Legian harga 1 Jerapah setinggi 120 cm itu harganya 200ribu. Dalam hati aku meloncat kegirangan! Mami dan Ade membeli 2 set patung bebek seharga 25ribu/set. Oya aku sempet beli patung kucing setinggi 30cm-an untuk Tari, anak buahku yang hobby piara kucing di rumahnya.

OK..sekarang perjalanan agak panjang menuju Kintamani, melewati Tampak Siring. Kami memutuskan langsung ke Kintamani karena jam sudah menunjukkan pukul 1 siang, waktunya makan. Sampai di atas, gerimis turun membasahi. Wah acara makan sambil lihat2 pemandangan Gunung dan Danau Batur dari balkon restaurant jadi terhalang karena kabut turun dan hujan semakin deras. Walau udara semakin dingin dan kami saltum (pakai yukensi dan celana pendek) kami tetap saja mengambil posisi meja makan paling pinggir di atas mulut lembah. Mmmm acara makan jadi semangat karena terus2an nambah hehehe… mumpung a'all u can eat' jadi kami cuek aja bolak/lik nambah lagi dan lagi. Aku paling demen makan sate ikan dan sate "haram" itu hehehe…. Si koki yang membakar sate tersebut dengan sopan dan hati2 menanyakan kalau2 pengunjung ada yang tidak tau kalau ada salah satu jenis sate yang tidak bisa di makan oleh umat beragama muslim. Setelah cukup puas dan kenyang kami melanjutkan perjalanan kembali. Tapi diparkiran kami terhalang oleh para penjual pakaian dan kain yang gigih menawarkan dagangannya itu. Gak tega juga aku, mami dan Ade akhirnya beli beberapa kain dan kaos murah meriah (buat oleh2 hehehe). Oya, di tengah jalan kami sempat mampir di warung yang menjual buah2an, makan duren. Pokoknya Papi tuh jagonya deh kalo soal buah yang satu itu.

Sampai kembali di Tampak Siring. Semangat mendengarkan penjelasan dari Pak Putu kami gak habis2nya berfoto hehehee.. gak bisa liat pintu (ukiran Bali) nganggur dikit deh :). Memasuki pintu pertama kami bisa melihat beberapa orang yang sedang mandi di kolam. Ada beberapa mata air berbeda disepanjang pinggir kolam dengan makna/khasiat yang berbeda2 pula. Dulu aku dan mas sempet minum dari 2 mata air itu loh, yang katanya untuk awet muda dan kesehatan…hehehhe…. Tapi kali ini karena banyak yang mandi, jadi kami mengurungkan niat itu. Oya, memasuki setiap pura, kami diwajibkan mengikat pinggang dengan selendang yang disediakan. Tapi untuk yang bercelana/rok pendek diwajibkan mengenakan kain untuk menutupi kaki yang terliat berlebihan. Satu lagi, bagi wanita yang sedang datang bulan dilarang masuk areal Pura karena akan mengotori kesucian. Untung aku sudah minum Primolute (obat penunda Mens) sebelum liburan, jadi gak khawatir akan mengganggu.

Tidak terasa hari semakin sore, kami sampai pada tempat wisata terakhir, Mongkey Forest di Ubud. Di sini terdapat hutan kecil yang sejuk dengan banyak sekali monyet yang berkeliaran. Mereka cukup tenang dan tak mengganggu, tidak seperti monyet2 di Uluwatu dan Sangeh yang katanya tak bersahabat dan suka membuat ulah. Puas berfoto disamping monyet2 kami sempat meliahat taman kecil berisi rusa2, menengok sebuah pura kecil (dari luar) dan berfoto depan sebuah cafĂ© kecil dipinggiran forest yang berbatasan dengan areal pemukiman penduduk. Dari sini Pak Putu mengajak kami menyusuri kota Ubud yang kecil tapi asri ini…udara yang sejuk, galeri2 kecil yang menjual lukisan dan kerajinan disepanjang jalan membuat aku berjanji akan kembali ke Bali lagi suatu saat nanti dan menetap di Ubud beberapa hari (pasti menyenangkan jika penginapannya terletak di pinggir/tengah sawah!). Sebelum kami keluar daerah Ubud, mas sempat mampir ke ATM untuk urusan pipis…hehehe….beneran loh, pipis di ATM! Hehehehe..maksudnya ambil uang di ATM. Dalam bahasa Bali, uang di sebut pipis. …hehehhe…. Kirain :)

Oya, Pak Putu menawarkan kami untuk berfoto dengan pakaian adat Bali. Harganya 75ribu per orang. Kontan saja aku dan adikku berseru kegirangan. Pak Putu membelokkan mobil ke gang sempit yang hanya memuat satu kendaraan dan berhenti di sebuah rumah berhalaman sempit yang pas2an 1 mobil. Di depan rumah tertulis menerima rias pengantin Bali. Suasana rumah atau studio foto itu dari ruang depan mirip dengan salon rumahan biasa tapi dengan beberapa pajangan barang kuno di sana sini. Setelah nego harga sewa costum dan cetak foto yang perlembarnya 10ribu rupiah, kami ber-3 (aku mas dan sylva) akhirnya didandani. Pakaian Bali sangat simple ternyata. Terdiri dari 4 belitan kain. 1 kain pengikat perut (untuk merampingkan perut kita :) sangat membantu sekali). 1 kain sarung yang diikat belitan semacam selendang panjang dari dada hingga pinggang, dan terakhir semacam selendang yang juga dibelitkan di dada. Butuh sekitar 3-5 menit saja memasangkan kain. Aku cantiiik loh pakai kain :) heheh GR..padahal setelah di make up dan dipakaikan mahkota kepala aku makin cantik lagi hihihihihih….. makin GR!
Lokasi foto di belakang salon ternyata cukup luaaas dan niat. Ada 2 panggung dengan setting rumah Bali lengkap dengan ukiran di pintunya dan beberapa setting pemandangan lainnya. Ternyata di sini tidak hanya terima rias pengantin saja, tapi ada ruang untuk latihan menari Bali. Mmmm…kapan ya aku bisa ikut latihan? Hehehehe… Si Fotografer berjanji akan mengantar hasil foto malam ini langsung ke hotel.

Waktu sudah menunjukkan lewat dari jam 7 WITA ketika kami meninggalkan studio foto dan perut sudah mulai tidak bisa diajak kompromi. Pa Putu membawa kami menuju sebuah restorant Chinese food di daerah Denpasar, tapi saat parkir kami malah tergoda dengan bau ayam goreng dari warung nasi uduk di sebrang jalan. Akhirnya kami pun menyebrang dan mengambil posisi ber-6 makan malam nasi uduk lengkap dengan lauk pauknya ala jakarta…hehehe…. Kalau sudah lapar, perut tak mau kompromi.

Setelah kenyang makan malam, kami bergerak kembali ke hotel. Perjalanan hari ini sangat menyenangkan karena kami bisa santai dengan waktu 12 jam keliling Bali. Tanpa schedule ketat membuat kami pun puas mampir2 kemanaaaa saja kami ingin melihat2 dan berfoto ria hahahhaa…

Sampai di hotel, suasana sangat tenang. Turis2 Jepang yang lain mungkin masih melancong keliling Bali di malam hari. Kami menyempatkan berenang sebentar…uuu…asiiik! Tau gak aku baru belajar gaya punggung (tanpa menggerakan tangan) di kolam itu hehehe… Sebelum tidur, berendam air hangat di bathab …. Mmm hari ini penuh semangat dan happy jadi belum merasa lelah :)
Sempat nyari roti dulu di Circle K buat ngemil hehehe...dasar. Pas kembali, kami dapat kiriman foto dari reception. Wah ternyata hasilnya memuaskan...bagus banget! Kita b-2 bener2 cocok jadi pengantin Bali loh :))

Monday, March 13, 2006

Bali_2 Maret 2006_hari pertama

Kamis pagi2 sekali aku dah bangun...cepat2 mandi dan makan pagi.. beres2 tas ransel dan bebenah rumah sedikit. Dah lama banget neh gak ngepel hehehee...sibuk euy, kalo sudah pulang kantor tuh maleeesss banget. Jadwal pesawat jam 16.10 jadi perkiraan pagi ini masih bisa ke BCA dulu untuk print sekaligus ganti buku tabungan dan berangkat ke airport jam 12, selesai makan siang. Aku rasa cukup lah estimate 3 jam untuk cek in di bandara jam 3 sore nanti. Jalan2 Jakarta gak terduga, takut macet coy!

Aku sampai di bank tepat pukul 8 pagi, ternyata tidak ada antrian. Hanya seorang tukang parkir yang sibuk mprat/mprit mengarahkan parkir pegawai bank dan satpam yg berjaga dekat ATM. Tidak seperti BCA cabang Bekasi yang jam segini sudah berebut antri seperti mau masuk bioskop hehehe. Tepat jam 8.20 taller baru buka dan aku jadi nasabah pertama yang duduk di bangku CS...menyenangkan sekali bisa jadi orang pertama yang dilayani di bank. Mbaknya ramah pula jadi makin senang karena proses ganti buku juga cepat selesai. Pulang dari bank sempet mampir di warung sebelah untuk beli sebungkus nasi uduk untuk lunch nanti sebelum ke airport hehhee.. males mikir makanan.

Tepat jam 11 siang saat aku lagi makan nasduk sambil nonton berita di TV tiba2 hujan turun GEDE BANGET. Aku sampe panik sebentar karena takut repot kehujanan saat menuju bandara. Buru2 siapkan payung yang tadinya gak mau di bawa dan bergegas menyiapkan diri lalu berangkat tepat jam 11.30 ke Blok M. Dari rumah naik metro mini dan jalan sedikit kepangkalan Damri di depan SMA 6. Wah masih bisa santai karena hari kerja begini kayaknya gak terlalu macet. Sampai di terminal 1A tepat jam 1 siang. Nyokap-Bokap n My lil Sista lagi makan nasi kotak AW di kursi tunggu hehehehe... Mereka niaaat banget deh, secara jarang banget gitu deh jalan2 jauh...apalagi ini penerbangan pertama untuk adikku, Sylva. Jadi dia sudah ecited banget dan sudah gaya abeesh :)
Sementara si mas sudah sampai dan lagi muter2 di pantai Kuta...makan pecel...ya amploooop kasian banget seh suamiku. karena jarang nyayur di Manado sampe tergila2 pada pecel.

Jam sudah menunjukkan waktunya take off, tapi belum ada tanda2 petugas mempersilahkan kami masuk pesawat, delay 10-15 menitan membuat aku makin boring. Oya, kami naik Air Asia, harga tiket PP Jakarta- Denpasar-Jakarta total 640 ribu per orang, sudah include tax. Lumayan murah seh, walau gak dapat makan dan minum serta duduknya rebutan hehehhe... Aku kaget juga begitu pintu masuk dibuka semua penumpang berebut antri. Ini jadi bahan lelucon berhubung baru kali ini aku naik pesawat yang seperti naik bis kota, rebutan. Di dalam pesawatpun pramugari menjual makanan dan minuman hehehe...lucu ya!

Penerbangan memakan waktu 1 stengah jam rasanya lamaaaa sekali …mungkin karena sudah tak sabar mendaratkan kaki di Pulau Dewata dan gak sabar ktemu mas yang katanya sudah cek in Hotel Rosani.

Perbedaan waktu 1 jam lebih cepat di Bali, jadi sekitar pukul 19 WITA kami tiba juga di Ngurah Rai. Suasana lebih tenang, karena bukan musim liburan membuat kami sedikit lebih santai, apalagi ini bukan kali pertama aku ada di Bali. Beberapa pria menawarkan taxi hingga hotel tujuan. Setelah sedikit tawar menawar ongkos taxi 35ribu sampai Jl. Melasti, kami akhirnya ikut Pak Eka ke sebuah kijang di parkiran. Orangnya sangat ramah dan ringan tangan membantu membawakan tas beratku sampai ke mobil hehehe…mayaaan. Menurutnya sejak peristiwa bom Bali 2, pariwisata agak sepi apalagi dengan diberlakukannya travel worning dari pemerintah Australia untuk warganya yang akan berlibur ke sini. Memasuki daerah Kuta Square hatiku berseri-seri….here I am at the island of the God. Tak sabar untuk kembali menyusuri jalan2 kenanganku dan mas saat2 honeymoon.

Seluruh tas dan ransel kami tinggalkan di kamar dan segera mencari makan malam di luar. Restaurant yang pertama kali kami jumpai jam stengah 8 begini hanya warung Padang di ujung perempatan Jl.Melasti. Sempat terjadi protes kecil karena nasi yang diberikan sudah mulai bau tak sedap. Tapi setelah diganti dengan nasi yang baru dan perut kenyang, hati pun tenang. Malam semakin larut tapi tak mengurungkan niat kami untuk langsung menyusuri Jl.Legian. Tidak banyak perubahan dari 2 tahun lalu, hanya saja yang biasanya seperti di luar negeri karena banyaknya turis bule yang lalu lalang kali ini sepi. Bahkan ketika kami berhenti di monument peringatan bom Bali 1, hanya 2-3 bule yang sedang membaca nama2 korban bom. Malah kami dikelilingi turis2 bermata sipit yang sibuk mengambil gambar.

Dalam perjalanan kembali ke hotel, mami sempat membeli sandal jepit untuk jalan2 besok di sebuah toko souvenir yang masih buka. Tak melewatkan kesempatan, aku bertanya harga2 patung yang ada. Aku kepingin beli patung Jerapah lucu, bentuknya tinggiiiii dan contemporer, tapi aku tau di tempat khusus menjual patung pasti harganya bisa jauh lebih murah dari harga toko di tegah pusat kota.

Papi sepertinya masih ingin terus menelusuri jalan2 malam ini secara sudah puluhan tahun beliau bari kembali ke Bali. Tapi kami mau tidak mau harus beristirahat karena perjalanan besok pasti akan jauh melelahkan.

Sunday, March 12, 2006

Lungsuran Compi

Yeepee..!!! seru neh sekarang gw dah bisa nulis lagi..secara dapet lungsuran compi dari rumah mertua. Mayan hobby nulis yang sempet tersendat sekarang bisa disalurkan lagi. Terutama kalo lagi iseng lom tidur, gw bisa langsung nuangin ide diatas keyboard :)
Related Posts with Thumbnails
Related Posts with Thumbnails