Thursday, March 30, 2006

tetanggaku rumpi

Sudah 1 minggu ini 2 rumah kontrakan di depanku terisi. Suasana tenang berubah jadi ramai dan cenderung gaduh karena mereka senang sekali duduk2 depan rumah. Jadi bisa dibayangin aku jadii terganggu karena mereka sering ngobrol keras2 dengan bahasa Jawa, belum lagi suara tangis anak2 mereka yang sangat mengganggu. Jika sore pulang kantor biasanya aku bisa istirahat tenang mendengar musik favorite atau menonton tv, sekarang aku terpaksa ikut mendengar lagu dangdut yang diputar keras2 oleh mereka. Hidupku 1 minggu ini jadi sedikit berubah karena polusi suara dari 2 tetangga baruku itu. Aku juga belum tau pasti sebenarnya siapa 2 tetangga baruku itu karena setiap hari ada saja tamu mereka yang datang sehingga aku tidak bisa mengenali wajah penghuni sesungguhnya. Yang aku tau pasti salah satunya baru punya anak baby, dan pagi ini si baby tertawa sembari teriak2 membuat si ibu terus menegurnya agar tidak menjerit2 berisik.

Namanya aja ibu2 rumah tangga yang gak punya kegiatan jelas, selain memasak, nonton sinetron, mengurus rumah dan anak, waktu senggang mereka diisi dengan duduk2 depan rumah dan ngerumpi gak ada genahnya. Kalau dulu aku senang sekali duduk ngadem depan jendela sambil nonton tv atau makan (meja makanku persis dibawah jendela), kini aku harus ambil posisi baru karena terkadang para bapak merokok diatas bale2 depan jendelaku itu….huh asap rokoknya mengganggu sekali.

Sore hingga malam ini seperti biasa mereka sangat ramai, ibu2 berkumpul menyuapi anak2 mereka yang berkeliaran bermain dan bapak2 dengan posisi menghisap rokok yang mengepulkan asap ngobrol2 dalam bahasa jawa. Seorang anak tetangga pintu nomor 2, Adi, datang melihat si baby. Saat Adi dijemput ibunya, 2 ibu tetangga baruku itu yang sedari tadi asik ngrumpi tiba2 hening. Dan tanpa sadar aku pasang telinga menaruh curiga. Sepertinya ibu si Adi tadi menjelaskan bahwa suaminya sedang tugas luar kota, jadi dia sendirian di rumah,dan mereka belum punya anak. Hmmmm aku tau, dia yang mereka maksud pasti aku. Tak lama ada suara mengatakan, kalau perempuan belum punya anak tinggal di dalam rumah aja sendirian akan disangka kumpul kebo. Kupingku melebar dan hatiku jadi panas, kok tega2nya mereka ngrumpiin aku negatif seperti itu tanpa bukti. Apa urusannya dengan kebiasaanku di dalam rumah saja atau kumpul2 ngrumpi seperti mereka dengan kumpul kebo? Apa dengan aku ngumpul2 dan rumpi2 bersama mereka lalu aku dinilai perempuan baik2? Apa karena aku belum punya anak aku jadi perempuan gak bener? Aku jadi sedih terhadap nilai rendah yang mereka cap untuk aku, hanya karena suamiku tidak pernah mereka lihat dalam 1 minggu ini sejak mereka pindah ke rumah di depan.

Kini aku tau sekarang seperti apa tetangga baruku. Ibu2 rumah tangga yang gak punya kerjaan yang selalu ngerumpi dan negatif thinking. Si baby gak beda sama anak jalanan, dibawa ngrumpi di depan rumah setiap saat. Kebetulan hari ini libur Nyepi, jadi dari balik jendela kamarku yang gelap aku bisa lihat sejak pagi si ibu dan baby selesai mandi, mereka sudah duduk2 di bale depan jendela kamarku. Yah beginilah jika tinggal di kompleks rumah kontrakan. Saling rumpi, saling memperhatikan barang2 milik tetangga, saling pamer, dan mau tau urusan orang lain. Beda dengan kehidupan pribadiku sebagai pekerja kantoran, yang pulang dari rutinitas bekerja cenderung melepas lelah cuek menikmati kesendirian di dalam rumah dengan ditemani tv, lagu, computer dan secangkir susu hangat. Semua kusyukuri dan kujalani dengan santai. Tidak berarti aku tak peduli terhadap sekitarku. Walau memang, sampai hari ini aku belum bicara dengan 2 tetangga baruku itu (yang mana saja aku belum tau). Beda dengan sisa tetangga lain yang sudah mengenal suamiku saat pindahan dulu, jadi mereka lebih mengenal dan memahami keadaanku yang sendirian.

Mungkin sebagai pengumuman tidak langsung, aku harus pasang foto2 pernikahan kami yang besar di dinding yang menghadap keluar jendela sesuai saran mama mertua, sehingga mereka mengenal seperti apa wajah ganteng suamiku. Hehehehe….

Oya, gak berapa lama setelah mereka bubar masuk ke rumah mereka masing, mas Gku menelpon dan aku cerita semua yang mengganjal di hati tadi, dia menghibur dan bilang aku gak perlu sedih toh kenyataannya gak bener. para tetangga sudah mengenal kita dan mas sering ngobrol bersama bapak2 jika ada di sini. Yang penting aku tetep happy n njoy sama kesibukanku di dalam rumah, lagipula ngrumpi2 sama ibu2 depan rumah kan bukan kebiasaanku, jadi untuk apa dipikirkan. Lusa mas akan ke Jakarta, sekalian mo tunjukin muka gantengnya ke ibu2 tetangga baruku hehehhee…. Supaya terbukti, mereka bersalah karena telah salah menilaiku.

Hidup sudah susah, jadi untuk apa menambahnya dengan kesusahan yang lain. Njoy my life for a better life.

No comments:

Related Posts with Thumbnails
Related Posts with Thumbnails