Tuesday, March 14, 2006

Bali_4 Maret 2006_hari ke-3

Bangun pagi ini cuaca jauuuh lebih cerah dari kemarin. Sesuai rencana selesai makan pagi kami mengambil cucian dan ngedrop pakaian kotor lagi ke loundry. Harganya resonable banget jadi aku berfikir lebih baik bawa pulang pakaian bersih drpd di rumah nanti nyuci banyak2 hehehhe…

Selesai urusan loundry, kami ber-5 jalan kaki ke pantai Kuta yang lumayan sekitar 100m jauhnya dari hotel. Di pantai sudah ramai oleh penyewa papan seluncur dan ibu2 yang menawarkan kepang rambut, cat kuku cantik atau pijat. Mmmm..sempet tergiur juga ketika ditawari pijat 10ribu saja, tapi karena aku belum merasa pegal2 jadi ku urungkan saja niat itu. Rata2 harga kepang rambut atau cat kuku 20ribuan, tapi sayang banget kalau selesai dikepang kan rambut bisa jadi keriting, jadi aku tolak halus si ibu. Tak terasa kami sudah jauh berjalan menyusuri pantai Kuta. Papi dan mas sempet melirik gerobak nasi pecel, dan kepingin ngupi, tapi karena baru sarapan jadi kami lanjut menyebrang jalan keluar dari areal pantai.

Sempat bernostalgia foto2 ria di depan Istana Rama (hotel t4 dulu aku dan mas honeymoon. Sudah jauh lebih ketat penjagaannya..maklum hotel **** sekarang). Bergerak ke arah Hard Rock kami tertahan oleh seorang bapak yang menawarkan undian berhadiah menginap di hotel2 berbintang di Bali. Ini banyaaak sekali di Bali…walau sudah tak sesering tahun2 lalu, mungkin karena pengaruh peristiwa pemboman jadi undian2 ini pun menghilang. Walau tidak berkesan memaksa, tapi si bapak cukup menarik perhatian mami dan papi, mereka cepat sekali iba pada wajah memelas si bapak.

Selesai undian berhadiah, kami kembali ke tujuan semula, Hard Rock…tapi teryata beberapa meter ke depan hujan turun tiba2. Kami mengungsi di sebuah coffe shop yang menyatu dengan Circle K, membeli cemilan dan ngupi2 sebentar sambil berteduh di bawah payung2 di berandanya. Terdengar suara2 yang menyerukan demo anti RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi dari pantai, membuat kami kembali ke pantai setelah berfoto2 di depan Hard Rock. Ternyata kain putih yang dibentangkan sepanjang pantai itu tempat para pendukung anti RUU APP dapat membubuhkan tandatangan dan aspirasinya. Ingin sekali kami ikut berpartisipasi, tapi karena tidak membawa alat rulis jadi kami langsung berjalan sampai ke ujung pantai berbelok di jalan pantai Kuta menuju Kuta Square. Kami sengaja ingin melihat lokasi pemboman Bali 2, Restorant itu sudah ditutup. Di Matahari Kuta Square, kami sempet ngadem sebentar sambil melihat2 pernik2 dan membandingkan harga hehehe… Jam menunjukkan pukul 10 dan setelah membeli beberapa botol air mineral, buah dan vitamin, kami menyetop taxi dan kembali ke hotel yang ternyata jauuuuh juga loh. Jam menunjukkan sekitar pukul 12an ketika kami selesai makan siang di sebuah warung makan Bu Le di tengah jalan yang menghubungkan Melasti dan Legian, tak sengaja Pa Putu lewat depan warung dan kami pun ikut sampai hotel, mengambil beberapa keperluan dan bergerak menuju Uluwatu.

Yup, siang ini kami minta Pak Putu mengantar kami ke Uluwatu, Garuda Wisnu Kencana (GWK), berbelanja di Kumbasari dan melihat sunset di Tanah Lot. Rencananya semua tempat itu akan makan waktu sekitar 8 jam, dengan harga sewa kendaraan 220ribu rupiah. Sebelumnya aku mengambil hasil cetak foto ku dan mas yang terbaik (12R) yang tadi pagi aku pesan di studio foto pinggir jalan masuk hotel.

Uluwatu letaknya jauh di Selatan, jadi itu tujuan pertama kita. Melewati Udayana yang ternyata areanya luaaaaas banget (jarak satu fakultas ke fakultas lain terpisah berjauhan), melewati pantai Dream Land, dan GWK. Mendekati Uluwatu, pak Putu mengingatkan kami untuk meninggalkan dan atau menjaga barang2 yang sekiranya mudah direbut monyet2 nakal. Di sini terkenal dengan monyet2 yang mengganggu. Setelah membayar karcis masuk dan mengenakan sarung kami berjalan agak menurun ke lokasi Pura dan tebing di pinggir lautan yang mengagumkan. Maha Besar karya Tuhan membuat kami tak hentinya berdecak kagum. Deburan ombak yang menabrak tebing membuat kekaguman semakin menjadi. Kami agak hati2 saat foto2 karena beberapa monyet yang mendekat. Malah ketika kami berfoto di ujung Pura, 2 ekor monyet menguntit dan sepertinya tertarik pada handuk biru kecil yang sedari tadi di pegang2 mami. Udara terik sekali membuat kami tak bertahan terlalulama di sini, apalagi tidak membawa botol minum karena takut dirampas monyet2 nakal.

Perjalanan kembali ke jalur kita datang tadi, kali ini ke GWK. Wow, disini juga kami terkagum2 pada Karya Sang Pencipta. Gimana tidak, melihat tebing2 kapur yang tinggi menjulang dan dipotong oleh sentuhan teknologi membuat kami berfikir bahwa someday it could be one of the greatest place must visit loh. Apalagi dengan rencana penyelesaian patung Garuda Wisnu Kencana yang katanya seh akan jadi nomor 2 tertinggi setelah patung Yesus di Rio Djenero.
Garuda Wisnu Kencana adalah Dewa Wisnu yang sedang mengendarai burung Garuda. Saat ini baru kepala Garuda dan sebagian badannya yang sudah jadi sangat tinggi. Bisa lihat kan perbandingannya saat kami berfoto di bawah kepala Garuda. Menakjubkan! Patung yang terbuat dari tembaga itu dibuat di Bandung loh ternyata.
Sebelum keluar areal GWK yang modern, aku dan Sylva sempat memainkan Rindik, alat musik tradisional Bali yang mirip Kulintang (suaranya sangat menenangkan) dan mas sempat berfoto dengan ular Piton besar, panjang lebih dari semeter…hiiiiii! Menjijikan! Bayar 20ribu untuk menyewa ular itu….hiiiiiiii..jijik!

Kami sampai di Pasar Kumbasari (mangga-2nya Bali) tepat pukul 3 sore. Langsung bergegas ke lantai 2 dan 3 tempat pernak/nik..berpencar masing2 memburu oleh2nya sendiri2 hehehe… Dari pakaian, kain, souvenir kecil , perlengkapan makan, tas2 anyaman, hiasan interior, lampu sampai lukisan tersebar sampai 3 lantai. Bener2 surga belanja deh..dan masih bisa di tawar pula. Tapi disini aku gak terlalu banyak borong karena dari kemarin sudah membeli banyak oleh2 di tempat2 wisata. Niat untuk beli lukisan aku urungakan karena 2 set patung yang kemarin kubeli saja sudah makan banyak tempat di bagasi hehehe… lagipula mas kan gak pulang ke Jakarta, jadi aku takut nanti kerepotan sampai di Jakarta.

Tepat pukul 4 sore dengan membawa beberapa kantung belanjaan kami kembali ke mobil. Tujuan akhir kami ke Tanah Lot, katanya sunset jam 5.30. Dibutuhkan waktu 1 jam untuk sampai ke sana, yang ternyata memakan waktu lebih karena jalanan agak jelek dan Pak Putu yang takut ngebut kayaknya hehehe…atau mungkin juga mobil yang kami tumpangi tidak bisa melaju kencang hehehe. Tapi pemandangan sawah dipinggir2 jalan membuat kami tak merasakan lamanya perjalanan.
Memasuki Tanah Lot kami lewat gate domestik, supaya bayarnya harga murah hehehe… gak terlalu mahal kok. Wah di sini juga banyak sekali yang menawarkan souvenir, tapi karena bagasi mobil sudah penuh kami tidak belanja lagi di sini. Oh mas membeli topi khas Bali… gaya banget!

Tanah Lot itu ajaib… karang dipinggir pantai yang indah. Di atasnya dibangun Pura yang sudah tida dibuka lagi untuk umum. Hanya orang2 yang mau berdoa saja yang diizinkan masuk. Mami semat semangat sekali menyuruh kita mengantri dibawah Tanah Lot, katanya antri dikasih beras di jidat dan bunga di kuping.….oooo ternyata di bawah Pura ada cekungan seperti gua yang didalamnya mengalir mata air tawar. Iyaaa…bayangkan betapa besarnya Karya Tuhan sehingga ditengah asinnya air laut ada 1 mata air tawar yang dianggap suci bagi umat Bali. Aku ikut mengantri dibelakang turis2 Jepang, melihat apa yang harus dilakukan nanti di depan para tetua. Mencuci tangan dan mencicipi sejuknya air tawar dari mata air membuat rasa penasaranku terbayar, lalu tetua pertama meminta aku membuka tangan dan menerima percikan air dari mangkuk dan daun pandan….airnya wangi pandan, dan harus diminum 2x lalu dibasuh ke wajah ke-3 kalinya. Tetua ke-2 menaruh beras di jidat dan menyisipkan sekuntum kemboja kuning di telinga…wah aku berasa seperti putri Bali :) … oya, tidak lupa memberi "ucapan terima kasih" di keranjang yang disediakan…. Sempat2nya aku mengintip si tetua melirik selembar uang yang kutaruh hehehe….
Setelah mas dan ade melaksanakan ritual yang sama kami berfoto ria lagi hihihihi….sudah kayak foto model aja deh. Oya bersebrangan dengan gua air suci tadi, ada gua ular suci. Di sini ada 2 pawang yang berjaga di depannya. Karena penasaran, mas masuk, melihat dan menyentuh si ular suci (yang katanya gak pernah keluar dari gua itu) dalam gundukan pasir. Saat menyentuh ular belang2 (hitam abu2) itu si pawang mendoakan kita b-2 loh…hiiiii…aku gak mau pegang ular itu. Lagian, aku lebih percaya Yesus yang memberkati aku.
Lewat dari pukul 5.30 seperti yang dijanjikan, tapi matahari belum juga turun… kami bergerak ke atas tebing (tepatnya diata gua ular suci itu), terdapat meja kursi tempat menikmati hidangan. Es kelapa muda dan pisang goreng menemani kami menunggu sunset. Tapi rasanya tidak ada sunset yang indah karena langit di ufuk timur terhalang oleh awan tebal, karena sudah jam 6 sore. Kami pun bergerak pulang. Sebelum sampai di parkiran, mas sempat membeli souvenir untuk anak buahnya dan hampir membelikanku Rindik kecil yang dihargai 20ribu…tapi lagi2 karena pertimbangan bagasi pesawat jadi aku hanya bisa berjanji kelak jika kembali lagi ke Bali aku akan beli alat musik khas itu, papan congklak dan papan catur berukir untuk menghiasi rumah baru kami nanti.

Malam ini sampai di hotel kami benar2 kelelahan, mungkin karena cuaca Sabtu ini sangat terik dan lokasi wisata yang sangat luas dan jalannya cenderung menanjak. Niat mau berenang dan window shopping di jalan Seminyak (ternyata dekaaaaat sekali dari hotel. Baru tau karena Pak Putu ambil jalur pulang lewat sini) ditunda hingga besok pagi. Niat untuk makan malam di Legian pun jadi malas karena kaki rasanya sudah tidak kuat lagi berjalan, akhirnya kami makan di restorant hotel. Sebelum tidur aku menyempatkan diri merapihkan belanjaan dan mengepaknya agar mudah saat dibawa masuk ke kabin pesawat.

No comments:

Related Posts with Thumbnails
Related Posts with Thumbnails